Tawaran investasi imbal hasil selangit hadir lagi. Yang teranyar, PT Dua Belas Suku (DBS) yang berbasis di Blitar, Jawa Timur, menawarkan skema investasi mirip arisan berantai dengan imbal hasil 19 persen sepekan. Investor perlu hati-hati karena sejumlah tawaran investasi sejenis macet di tengah jalan.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun KONTAN, DBS berkantor di Jalan TGP Ruko BBC No 1-2, Blitar, Jawa Timur. Jajaran Direksi DBS terdiri atas komisaris utama yang dijabat oleh Jefri Christian dan Komisaris Naning Yuliati. Keduanya merupakan pasangan suami isteri. Adapun direktur utama dijabat oleh Rinekso Hari, Direktur Income Yeremia Kusumo dan Direktur Keuangan Natalia.
DBS yang mulai beroperasi sejak 19 Agustus 2014 mengklaim telah menjaring 19.000 akun nasabah. Setiap nasabah menyetor deposit Rp 1 juta-Rp 5 juta. Jadi, perputaran uang antar-nasabah DBS sekitar Rp 19 miliar hingga Rp 95 miliar. Website perusahaan www.12suku.com baru meluncur November nanti.
Arik Suefendi, salah seorang nasabah DBS, menjelaskan, skema investasi DBS adalah sebagai berikut. Pertama, nasabah mendaftar di kantor DBS. Biaya pendaftaran 11 persen dari pokok deposit.
Selanjutnya, deposit sebesar Rp 1 juta-Rp 5 juta ditransfer ke sejumlah rekening nasabah lain yang ditentukan DBS, dengan porsi yang beragam. Selang tujuh hari, nasabah yang sudah transfer akan mendapatkan pencairan pokok investasi plus imbal hasil 30 persen di rekening mereka.
Apabila dalam tujuh hari, belum ada pencairan, nasabah bisa datang ke kantor DBS dengan menunjukkan bukti transfer. Lalu, manajemen akan membayar secara cash. "Keuntungan bersih dalam sepekan 19 persen. Sebenarnya 30 persen tapi dipungut biaya 11 persen saat pendaftaran," ungkap Arik kepada KONTAN, kemarin .
Skema investasi di atas masuk kategori tipe D1. Rencananya, akan ada tipe D2 untuk kalangan pebisnis dan swasta tanpa badan hukum dengan deposit Rp 2 juta-Rp 10 juta. Lalu tipe D3 bagi kalangan swasta dan instansi berbadan hukum dengan deposit Rp 5 juta-Rp 250 juta.
Berawal dari MMM
Arik mulai bergabung di DBS sejak September 2014. Ia mengaku memiliki empat akun dengan menggunakan kartu identitas yang berbeda. Belum genap dua bulan, Arik mengaku sudah balik modal plus meraup untung.
Ia bergabung dengan DBS lantaran uangnya pernah tersangkut di investasi Mavrodi Mondial Moneybox atau Manusia Membantu Manusia (MMM). Saat sistem MMM restart, puluhan juta uangnya macet di MMM.
Nasabah DBS lain, Zailul Arifin juga kehilangan duit Rp 40 juta di MMM. Zailul dan Arik tertarik bergabung di DBS untuk mengembalikan uangnya yang tersangkut di MMM. Mereka mengaku, pencairan dana DBS belum pernah macet. Saat ini, kantor DBS hanya ada di Blitar. Tapi DBS berencana membuka kantor cabang di Pasuruan.
Sejatinya, skema arisan berantai bukan barang baru. Selain MMM, tawaran sejenis yang bermasalah dan menghebohkan antara lain Danasonic pada tahun 1995.(Kontan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar